makalah postpartum

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah kelahiran seorang bayi merupakan prioritas utama bagi kementrian kesehatan Republik Indonesia, itu semua dikarenakan angka kematian ibu melahirkan yang semakin meningkat. Permasalahan tersebut menjadi prioritas utama kementerian kesehatan Republik Indonesia, sehingga pemerintah memberikan jaminan persalinan bagi seorang ibu yang akan melahirkan, dengan harapan angka kematian ibu melahirkan dapat berkurang. Jaminan persalinan yang diberikan pemerintah menjadikan penduduk Indonesia semakin meningkat dengan kelahiran seorang bayi. Jaminan persalinan diberikan kepada siapapun yang membutuhkan tanpa memandang status ekonomi. Program itu pula yang memicu sebuah keluarga untuk memiliki anggota baru. Disamping itu ada beberapa masalah dalam kehamilan ataupun kelahiran seorang bayi (Nirmawati. Y., 2013)
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Hasnawati. et.all., 2010)
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu : perdarahan (25%, biasanya perdarahan pascapersalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%). World Health Organization (2008) melaporkan pada tahun 2005 terdapat 536.000 wanita meninggal akibat akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, dan 400 ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality Ratio). Angka kematian ibu (AKI) di negara maju diperkirakan 9 per 100.000 kelahiran hidup dan 450 per 100.000 kelahiran hidup di negara berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa 99% dari kematian ibu oleh karena kehamilan dan persalinan berasal dari negara berkembang (Saifuddin AB.et.all, 2012)
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama (Prawirohardjo & Sarwono, 2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstetri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (Lestari. S.P., 2013)
Setiap tahun ada sekitar 200.000 juta ibu hamil di negara berkembang, 500.000 di antaranya akan meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan kehamilan, dan jutaan lainnya akan mengalami komplikasi kehamilan yang signifikan. Selain itu, tujuh juta kematian perinatal terjadi akibat masalah kesehatan maternal. Sedangkan 12% dari kematian ibu di negara berkembang disebabkan karena eklampsia (Nirmawati. Y., 2013)
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu  yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007)  sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun  2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Ratu M.N. et.all., 2012).
Menurut hasil survei di RSUD Raden Mattaher Jambi tercatat bahwa jumlah persalinan dengan retensio plasenta, yaitu : tahun 2011 kasus retensio plasenta terdapat 49 kasus (5,3 %) per 924 persalinan normal dan tahun 2012 kasus retensio plasenta terdapat 54 kasus (6,1 %) per 892 persalinan normal (Ratu M.N. et.all., 2012)
Menurut Costance Sinclair (2009), masalah-masalah yang terjadi pada ibu hamil dan melahirkan seperti demam nifas, nyeri pada simfisis pubis, kesulitan berjalan atau berdiri dan kesulitan dalam hubungan seksual, tromboflebitis pelvis septic, pendarahan yang luar biasa disertai tingginya angka kematian ibu (AKI) memicu seorang ibu menjadi cemas dan takut dalam mengandung ataupun melahirkan seorang bayi. Akan tetapi banyak ibu yang belum mengetahui masalah-masalah tersebut karena kurangnya informasi yang mereka peroleh.
Untuk mengatasi dampak negatif dari masa postpartum yang kemungkinan akan terjadi, peran perawat sebagai edukator untuk memberikan pengetahuan kepada wanita hamil atau melahirkan dan penatalaksanaan seperti Manajemen aktif kala tiga persalinan mempercepat kelahiran plasenta dapat mencegah atau mengurangi perdarahan postpartum sangat diperlukan. Serta perawatan postpartum sampai kondisi pasien kembali normal seperti sebelum hamil dapat dilakukan semaksimal mungkin. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada Ny.D dengan Post Partum.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai konsep postpartum dan asuhan keperawatan pada Ny.D dengan pada masa postpartum

C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan klien dengan masa postpartum
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan pada klien dengan masa postpartum
b.      Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian perawatan pada Ny. D pada masa postpartum
c.       Mahasiswa mampu melakukan pengelompokan data pada Ny. D pada masa postpartum
d.      Mahasiswa mampu menegakkan Diagnosa keperawatan pada Ny. D pada masa postpartum
e.       Mahasiswa mampu melakukan Perencanaan keperawatan pada Ny. D pada masa postpartum
f.       Mahasiswa mampu melakukan Pelaksanaan  tindakan keperawatan pada Ny. D pada masa postpartum
g.      Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan pada Ny. D pada masa postpartum

D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada masa postpartum
2.      Bagi Institusi
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai asuhan keperawatan pada masa postpartum







BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Anatomi dan Fisiologi Reproduksi
Menurut Syaifuddin (2009), organ reproduksi terletak dibagian depan ginjal, kemudian membentuk kelenjar reproduksi yang berisi sel benih dan membentuk struktur sekelingnya. Organ reproduksi disebut juga traktus genitalis berhubungan dengan traktus urinarius, tetapi tidak bersambung. Sebagian besar organ reproduksi terletak di luar pelvis. Traktus genitalis pada perempuan berhubungan dengan rongga peritoneum yang terletak dalam rongga panggul kecil
1.      Organ reproduksi wanita bagian luar (Genitalia luar)
Menurut Syaifuddin (2009), organ reproduksi wanita bagian luar terdiri dari:
a.       Vulva
Merupakan tempat bermuaranya sistem urogenital, dilingkari oleh labia mayora ke belakang menjadi satu dengan kommisura posterior dan perineum, di bawah kulit vulva terdapat jaringan lemak (mons veneris)
b.      Mons pubis mons veneris
Mons pubis adalah bagian menonjol yang melingkar di depan simfisis pubis yang dibentuk oleh jaringan lemak di bawah kulit, meliputi daerah simfisis yang ditumbuhi rambut pada masa pubertas
c.       Labia mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum



d.      Labia minora
Labia minora adalah lipatan kecil yang terdapat di antara labia mayora. Labia minora memanjang dari klitoris secara oblique ke bawah dan samping belakang sepanjang 4 cm di sisi orifisium vagina. Ujung posterior labia minora bergabung pada garis median oleh lipatan kulit disebut frenulum
e.       Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual
f.       Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi
g.      Himen (selaput darah)
Merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian liang senggama.  Pada bagian tengah terdapat lubang tempat keluarnya menstruasi, bentuknya bervariasi dan bila teregang akan berbentuk cincin.
h.      Orifisium vagina
Orifisium vagina adalah celah yang terdapat di bawah belakang muara uretra, ukurannya tergantung pada hymen dan lipatan pinggir dalamnya berkontak satu sama lainnya, orifisium vagina muncul sebagai celah diantara orifisium vagina
i.        Bulbus vestibularis
Terdiri atas dua masa erektil dan masing-masing sisi orifisium vagina yang disebut pars intermedia, masing-masing massa lateralis memiliki panjang 2,5 cm. Ujung posterior diperpanjang dan berkontak dengan glandula vestibularis mayor, ujung anterior bergabung satu sama yang lain oleh pars intermedia dan permukaan dalam lapisan superfisialis diafragma dan ditutupi oleh muskulus bulbokavernosus
j.        Glandula vestibularis mayor (Bartholini gland)
Terdiri atas dua bagian melingkar dengan warna merah kekuning-kuningan pada orifisium vaginalis ujung posterior dari masing-masing dari bulbus vestibuli dengan panjang duktus 2 cm

Gambar 2.1:
 Organ reproduksi luar wanita


2.      Alat genitalia wanita bagian dalam
Menurut Syaifuddin (2009), alat genital wanita bagian dalam terdiri dari:
a.       Vagina
Merupakan penghubung antara genitalia eksterna dan genetalia interna. Bagian depan vagina berukuran 9,5 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan

Gambar 2.2:
Organ reproduksi wanita bagian dalam


b.      Rahim/uterus
Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal seperti buah alpukat atau buah peer yang sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis antara rektum dan kandung kemih. Ukuran uterus adalah panjang 7-7,5 cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm. Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam posisi anteversio fleksio, membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri kerah depan membentuk sudut 120-130 derajat dengan serviks uteri. Bagian-bagian dari uterus adalah sebagai berikut:
1)      Fundus uteri (dasar rahim)
2)      Korpus uteri
3)      Serviks uteri

c.       Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia. Tuba fallopi terdiri atas:
1)      Pars interstitialis: bagian tuba yang terdapat di dalam uterus
2)      Pars ismika/itsmus: bagian yang sempit pada sudut antara uterus dan tuba
3)      Pars ampularis/ampula: bagian yang membentuk saluran yang lebar meliputi ovarium
4)      Infundibulum: bagian ujung tuba yang terbuka mempunyai umbul/rumbai yang disebut fimbriae, melekat pada ovarium untuk menangkap telur yang dilepas oleh ovarium menuju tuba

Fungsi tuba fallopi:
1)      Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri
2)      Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
3)      Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
4)      Tempat terjadinya konsepsi
5)      Tempat pertumbuahan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi

d.      Ovarium
Kelenjar yang terletak dikanan kiri uterus terikat oleh ligamentum uterus. Ovarium berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium yang terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormone-hormon steroid. Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium

3.      Pengaturan Hormonal Sisitem Reproduksi Wanita
Menurut Setiadi (2007), pengaturan horman system reproduksi wanita terdiri dari:
a.       Hormon estrogen yang merangsang pertumbuhan semua organ reproduksi terutama lapisan mukosa dan lapisan otot tuba uterin, uterus dan vagina
Fungsi estrogen pada kehamilan yaitu:
1)      Pembesaran uterus
2)      Pembesaran kelenjar mammae dan pertumbuhan jaringan kelenjar mammae
3)      Pembesaran genitalia eksterna wanita
b.      Hormon progeseron
1)      Merangsang pertumbuhan endometrium
2)      Menyebabkan sel-sel desidua berkembang dalam endometrium uterus
3)      Mempunyai pengaruh khusus dalam menurunkan kontraktilitas uterus gravid
4)      Menyokong perkembangan ovum sebelum implantasi
5)      Progesterone yang disekresi selama kehamilan juga membantu menyiapkan kelenjar mammae untuk laktasi

4.      Masa Perkembangan Wanita
Menurut Setiadi (2007), masa perkembangan wanita terdiri dari:
a.       Pubertas dimulai antara usia 9 tahun sampai 12 tahun disini mulai adanya sekresi FSH dan LH oleh kelenjar hipofisis anterior
b.      Siklus menstruasi: menstruasi menjadi siklus regular yang setiap siklus berlangsung lama 28 hari dengan ditandai keluar dari uterus yang disebut “menstruasi”
c.       Kehamilan: bila ovum mengalami fertilisasi berlangsun suatu rangkaian peristiwa lengkap yang di namakan kehamilan atau gestasi
d.      Laktasi terdiri dari perkembangan kelenjar mammae, permulaan laktasi-fungsi protaktin dan proses ejeksi (pengeluaran)

5.      Jaringan penunjang alat genital
Menurut Syaifuddin (2009), jaringan penunjang genital diantaranya adalah:
a.       Ligamentum cardinal sinistrum dan dekstrum
b.      Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum
c.       Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum
d.      Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum
e.       Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum
f.       Ligamentum infundibulum pelvikum
g.      Ligamentum ovarii proprium sinistrumdan dekstrum

6.      Kelenjar mamae
Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa pubertas (adolescence) pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar pada bagian lateral linea aksilaris anterior/media sebelah cranial ruang interkostalis III dan sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII. Kelenjar mamae menyebar disekitar areola mamae dan mempunyai lobus antara 15-20  lobus. Tiap lobus berbentuk piramid dengan puncak mengarah ke areola mamae (Syaifuddin, 2009)

B.     Konsep Post Partum (Masa Nifas)
1.      Definisi
Periode pasca partum ialah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke-4 kehamilan (Bobak. I.M. et.all., 2004)
Sedangkan menurut Bahiyatun (2009), masa nifas adalah masa yang dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya

2.      Tahap persalinan
Beberapa jam terakhir pada kehamilan manusia ditandai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan lahir. Sebelum kontraksi yang kuat dan terasa nyeri dimulai, uterus harus dipersiapkan untuk persalinan. Pada minggu 36 sampai 38 pertama kehamilan, miometrium tidak responsive. Setelah masa tenang yang panjang ini diperlukan fase transisi agar ketidakresponsifan miometrium menghilang dan serviks melunak dan mendatar. Kontraksi miometrium yang tidak menyebabkan dilatasi serviks dapat dirasakan kapanpun selama kehamilan. Kontraksi-kontraksi ini ditandai dengan kejadian yang tidak dapat diramalkan, intensitas rendah dan durasinya singkat. Rasa tidak nyaman yang ditimbulkan biasanya terbatas di abdomen bawah dan lipat paha. Menjelang akhir masa kehamilan, ketika uterus mengalami persiapan untuk bersalin kontraksi ini lebih sering khususnya pada multipara dan kadang kala disebut sebagai persalinan palsu. Namun ada juga beberapa ibu, kontraksi kuat uterus yang menimbulkan dilatasi serviks, penurunan janin dan pelahiran konseptus dimulai secara mendadak dan tampaknya tanpa peringatan (Cuningham. F.G. et.all., 2005)

Menurut Bobak. I. M. et.all., (2004), ada 4 tahap proses persalinan, yaitu sebagai berikut:
a.       Tahap pertama persalinan (kala I)
Tahap pertama persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat
b.      Tahap kedua persalinan (Kala II)
Merupakan tahap dimana janin dilahirkan. Tahap ini dimulai dari dilatasi serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Terdiri dari 3 fase yaitu: fase pertama dimulai ketika wanita menyatakan bahwa ia ingin mengedan biasanya pada puncak kontraksi. Wanita mungkin mengeluhkan peningkatan nyeri tetapi diantara waktu kontraksi ia tenang dan sering memejamkan matanya. Fase kedua wanita semakin ingin mengedan dan sering kali merubah posisi untuk mencari posisi mengedan yang lebih nyaman, usaha semakin ritmik dan semakin bersuara sewaktu mengedan. Fase ketiga bagian presentasi sudah berada di perineum dan usaha mengedan menjadi paling efektif untuk melahirkan. Wanita akan lebih banyak mengungkapkan nyeri yang dirasakan secara verbal dengan menjerit atau memaki-maki dan mungkin bertindak diluar kendali
c.       Tahap ketiga persalinan (Kala III)
Tahap ketiga berlngsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Tujuan penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta.
            Plasenta melekat pada lapisan desidua lapisan basal tipis endometrium oleh banyak vili fibrosa, setelah janin dilahirkan dengan adanya kontraksi uterus yang kuat sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga benjlan vili akan pecah dan plasenta terlepas dari perlekatannya. Dalam keadaan normal beberapa kontraksi kuat pertama, lima sampai tujuh menit setelah kelahiran bayi, plasenta akan mudah lepas dari uterus yang kendur karena ukuran permukaan sisi plasenta tidak akan berkurang.
d.      Tahap IV persalinan (Kala IV)
Merupakan tahap pemulihan, peiode kritis untuk ibu dan bayi yang baru lahir. Mereka bukan saja pulih dari proses fisik persalinan tetapi juga memulai suatu hubungan baru. Selama 2 jam pertama setelah melahirkan organ-organ ibu mengalami penyesuaian awal terhadap keadaan tidak hamil dan system tubuh mulai menjadi stabil. Selama beberapa jam bayi yang baru lahir terus menjalani transisi dari keadaan intrauterine ke ekstrauterin.

3.      Klasifikasi atau tahapan Masa Postpartum
Menurut Suherni (2009), tahapan-tahapan masa postpartum adalah:
  1. Puerperium dini: Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan
  2. Puerperium intermedial: Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira 6-8 minggu
  3. Remot puerperium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi
4.      Kebijakan Program Nasional Nifas
Menurut Bahiyatun (2009), selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi
Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan berlanjut; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; Menjaga bayi tetap sehatdengan cara mencegah hipotermi; Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat
Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal; Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat; Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit; Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti kunjungan hari keenam. dan Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan): mengkaji atau Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami, Memberikan konseling untuk KB secara dini


5.      Manifestasi atau perubahan fisiologis ibu pada masa postpartum
Menurut Bahiyatun (2009), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu setelah masa nifas/postpartum adalah:
a.       Perubahan sitem reproduksi
1)      Involusi uterus
Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU diatas simfisis pubis/ sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm tiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU sekitar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak teraba di simfisis pubis
2)      Lokia
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu setelah post partum, perubahan lokia terjadi dalam 3 tahap: lokia rubra, serosa dan alba.
3)      Ovarium dan tuba falopi
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun sehingga menimbulkan mekanisme timbale balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali proses ovulasi sehingga wanita dapat hamil kembali
b.      Perubahan sistem pencernaan
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (Beartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflex hambatan defekasi karena adanya nyeri pada perineum akibat luka episiotomy


c.       Perubahan sistem Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada :
1)   Keadaan/status sebelum persalinan
2)   Lamanya partus kala II dilalui
3)  Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia dinding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi. extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) ke mukosa
d.      Perubahan sistem Endoktrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus kadar HCG (hormone chrorionic gonadhotropin) dan HPL (hormone plasenta lactogenic) secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu hamil setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasenta
e.       Perubahan sistem Kardiovaskuler
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala 3 ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum
f.       Perubahan sistem Hematologi
Leukosistosis terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar 25.000-30.000 yang merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah selama persalinan dan nifas kira-kira  700-1500 ml (200ml hilang saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama postpartum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas)
g.      Perubahan Tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut





6.      Woc postpartum




























































































7.      Perawatan postpartum
Menurut Bobak. I. M. et.all. (2004), perawatan yang dilakukan adalah:
a.       Mencegah infeksi
b.      Mencegah pendarahan berlebihan
c.       Mempertahankan tonus rahim
d.      Mencegah distensi kandung kemih
e.       Promosi kenyamanan, istirahat, ambulasi dan latihan
f.       Promosi menyusui dan supresi laktasi

Menurut Wiknjosastro (2002), penatalaksanaan post partum antara lain:
a.       Pasien pasca partum harus cukup istirahat
b.      Delapan jam pertama pasca partum wanita tersebut harus tidur terlentang dan siapkan tisu basah untuk mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
c.       Defekasi harus sudah dalam 3 hari persalinan
d.      Putting susu harus diperhatikan kebersihannya
e.       Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, protein cairan, serta banyak buah-buahan

Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan setelah masa postpartum/masa nifas:
a.       Personal higiene
sangat penting dilakukan Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009)


b.      Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menyusui bayinya nanti (Jannah, 2011)
c.       Senam nifas
Dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan (Suherni, 2009)

8.      Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wiknjosastro (2002), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu post partum antara lain:
a.       Keadaan Umum
b.      Keadaan payudara dan putingnya
c.       Dinding perut, apakah ada hernia
d.      Keadaan perineum
e.       Kandung kencing, apakah ada uritrokel
f.       Rektum, apakah ada rektokel dan pemeriksaan tonus muskulos sfinglerani
g.      Adanya fluos albus
h.      Keadaan serviks
Sedangkan menurut Manjoer. A. et.all. (2001), Pemeriksaan penunjang post partum adalah:
a.       Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
b.      Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta
9.      Pemulangan pasien/Perawatan dirumah
Pemulangan dini pascapartum merupakan suatu tren yang dilakukan banyak ibu dan perawat yang memberikan perawatan kepada ibu. Pemulangan pascapartum dini adalah memulangkan pasien dalam 48 jam atau kurang setelah pasien melahirkan. Hal ini berlaku untuk pasien-pasien  yang memenuhi criteria pemulangan dan menunjukkan resiko kecil (Bobak. I. M. et.all., 2004)
Untuk ibu yang pulang dini, ada kebutuhan yang jelas untuk menjembatani perawatan dirumah sakit dan dirumah, terutama pada masa awal trimester ke-4 ketika terjadi perubahan fisiologis dan psikososial yang cepat. Perawat maternitas yang menawarkan perawatan lanjutan telah memperluas praktik mereka diluar rumah sakit dengan menawarkan berbagai layanan lanjutan untuk masa pascapartum sebagai berikut (Bobak. I. M. et.all., 2004):
a.       Kelas persiapan untuk pulang lebih dini
b.      Tindak lanjut melalui telepon
c.       Tindak lanjut melalui kunjugan rumah
d.      Nasihat atau bantuan melalui telepon
e.       Kelompok orang tua

10.  Komplikasi pascapartum
Menurut Costance Sinclair (2009), berikut ini komplikasi yang terjadi pascapartum, yaitu:
a.       Penurunan Berat badan
Sebagian besar wanita memiliki berat badan lebih dalam 2 tahun setelah hamil dibanding wanita yang belum pernah hamil
b.      Demam nifas
c.       Nyeri pada simfisis pubis
d.      Kesulitan berjalan atau berdiri dan kesulitan dalam hubungan seksual
e.       Tromboflebitis pelvis septic
f.       Pendarahan yang luar biasa
g.      Payudara membengkak disertai kemerahan


C.    Asuhan Keperawatan Teoritis
Menurut Dongoes M.E. & Moorhouse M.F. (2001), asuhan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1.      Pengkajian
a.       Aktivitas/istirahat
Tampak kelelahan/keletihan, mengantuk
b.      Sirkulasi
1)      Nadi biasanya lambat (50 sampai 70 dpm), karena hipersensitivitas vagal
2)      TD bervariasi: Mungkin rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia/ meningkat pada respon pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
3)      Edema (bila ada mungkin dependen) meliputi ekstremitas atas dan wajah/mungkin umum (Tanda-tanda HKK)
4)      Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
c.       Integritas ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah (eksitasi/perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat, kecewa dan mengeksresikan rasa takut terhadap bayi yang baru lahir
d.      Eliminasi
Hemoroid sering ada dan menonjol, kandung kemih  mungkin teraba di atas simfisis pubis atau kateter urinarius mungkin dipasang. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius, atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran
e.       Makanan/cairan
Dapat mengeluh haus, lapar atau mual
f.       Neurosensori
1)      Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesia spinal atau analgesia kaudal/epidural
2)      Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya atau menetapnya hipertensi, khususnya pada diabetic, remaja atau klien primipara)
g.      Nyeri/ketidaknyamanan
Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber; mis: setelah nyeri, trauma jaringan/perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh atau perasaan dingin/otot tremor dengan menggigil
h.      Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengeluaran tenaga, dehidrasi). Perbaikan episiotomy utuh, dengan tepi jaringan merapat
i.        Seksualitas
1)      Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilicus.
2)      Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa bekuan kecil
3)      Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
4)      Ditemukan striae pada abdomen, paha, payudara
5)      Payudara lunak, dengan putting tegang
j.        Pemeriksaan diagnostik
Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah lengkap, urinalisis, pemeriksaan lain dilakukan sesuai indikasi


2.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Dongoes M.E. & Moorhouse M.F. (2001), Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
a.       Perubahan ikatan proses keluarga b.d transisi perkembangan angota keluarga
b.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kegagalan miometri dari mekanisme homeostatic
c.       Nyeri (akut) b.d efek hormone/obat-obatan, trauma mekanis, edema jaringan, kelelahan fisik psikologis
d.      Resiko tinggi terhadap cidera b.d biokimia, fungsi regulator, efek anastesi, tromboembolisme, profil darah abnormal
e.       Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan/kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasive, ruptur ketuban lama, malnutrisi
f.       Defisit perawatan diri b.d kelelahan
g.      Menyusui b.d tingkat pengetahuan dan pengalaman sebelumnya
h.      Perubahan eliminasi urin b.d efek-efek hormonal,trauma mekanis, edema jaringan
i.        Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d penurunan masukan cairan dan perdarahan postpartum

j.        Gangguan eliminasi: konstipasi b.d penurunan tonus otot  rektum dan anus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah myopia